Kamis, 26 November 2009

Isu 2012


Buaya yang membodohi kancil


Akhir – akhir ini dunia sedang digoncang isu kiamat, yang (menurut isu) diramalkan akan terjadi pada akhir tahun 2012. Begitu hebohnya berita itu sehingga mendapat perhatian dari seluruh dunia. Menurut kabar, berita ini menjadi besar karena ternyata ramalan itu sudah ada sejak ribuan tahun lalu, dimana yang meramalkan adalah suku Maia yang menurut berita, suku yang berdiam di sebuah Negara di Amerika Latin itu sangat maju dalam hal astronomi. Seperti latah dengan trend yang sedang berkembang, di Indonesia ini banyak peramal yang mencoba memberi gambaran tentang kejadian di tahun 2012. Ikut – ikutan trend ternyata bukan hanya terjadi di Indonesia, sebuah rumah produksi film di Amerika Serikat ikut ‘memanfaatkan situasi’ dengan adanya isu ini. Mereka memproduksi film dengan judul sama seperti angka perdebatan, 2012.
Film yang baru dirilis pertengahan November itu mrncoba memvisualisasikan bencana- bencana yang terjadi di tahun itu. Namun dari kesan yang tertangkap, terlihat jelas film itu tidak bercerita tentang kiamat, karena di akhir cerita terdapat beberapa orang yang selamat. Tentu saja ini bertentangan dengan pemahaman agama manapun yang menjelaskan bahwa kiamat adalah akhir kehidupan di dunia dan tidak akan ada satupun yang selamat. Permasalahan kedua adalah seperti ada aroma permusuhan agama dalam film ini. Karena terdapat satu scene yang memvisualisasikan masjid besar dengan kubah yang terlihat gagah bisa roboh dengan terjangan bencana yang terjadi, sedangkan ada sebuah gereja kecil yang tetap berdiri kokoh setelah terjadi berbagai bencana. Dalam kesimpulannya, film ini memang hanya bertujuan komersil, di mana memanfaatkan kebimbangan penduduk bumi untuk meraup keuntungan besar. Bentuk penjajahan seperti ini memang sangat efekftif dipasarkan untuk masyarakat nan – konsumtif seperti di republik kita ini. Tak heran MUI sempat melarang masyarakat untuk menonton film yang berbau pembodohan seperti ini.
Fenomena ini seperti buaya yang membodohi kancil. Di mana sebuah Negara adidaya yang sudah sangat kuat (diibaratkan dengan buaya) datang dengan kecerdasan baru dan ingin meraup untung dari negara yang tengah diterjang berbagai masalah. Seperti kancil yang sudah tidak cukup cerdik lagi untuk mengelabui buaya, republik kita termakan rayuan buaya. Film itu laris terjual disini. Buaya sukses mendapatkan apa yang dia mau, dan mendatangkan keuntungan besar bagi negaranya.
Kembali ke permasalahan ramalan. Jika dilihat dari segi ilmu sains, memang ada yang menguatkan itu, yaitu yang dikenal dengan teori ‘Black hole’. Dalam teori itu disebutkan, ada sebuah pusaran hitam yang terdapat di suatu tempat (entah dimana) di alam semesta ini yang mampu menghisap apapun disekitarnya. Dan menurut sebuah kabar, pusaran itu akan tiba di bumi pada tahun 2012. Namun jika kita tinjau dari segi ilmu agama, tentu saja kita diharamkan mempercayai apapun yang menyekutukan Allah, termasuk terjadinya hari akhir yang sungguh hanya kuasa-Nya. Kita hanya wajib mempercayainya, namun haram untuk mendahului kehendak-Nya.

Tiga biji kakao dan koruptor.


Tiga biji kakao dan koruptor.

Pemikiran ini bermula ketika saya menonton sebuah program televisi dengan format talk show di hari minggu malam tanggal 22 November 2009. Dalam acara yang membahas kejadian dan kabar selama sepekan itu mengangkat obrolan tentang kejadian yang terjadi di Purwokerto, Jawa Timur sekitar beberapa bulan lalu. Di mana seorang ibu berusia 55 tahun terpaksa dipenjarakan selama 1,5 bulan beserta dua bulan masa tahanan akibat ia mencuri tiga buah biji coklat (atau dikenal dengan kakao) di sebuah perkebunan tempat ia bekerja.

Nama ibu tua itu adalah Minah. Sehari – hari ia memang bekerja sebagai pemetik kakao di sebuah perkebunan coklat. Kala itu Bu Minah tertangkap tangan mencuri tiga biji coklat yang berdasar penuturannya ingin menyemai biji coklat di lahan miliknya. Biji – biji kakao itu bernilai dua ribu rupiah. Tanpa mempertimbangkan asas kemanusiaan, seorang administrator di kebun itu melaporkan perbuatan Bu Minah kepada polisi. Namun beruntung polisi menawarkan jalan mediasi sebagai bentuk penyelesaian kedua pihak. Di sinilah saya sadar jika rakyat Indonesia ternyata senang menghakimi rakyat kecil dan tidak berani menghakimi yang bertahta. Pihak perkebunan menolak jalur yang ditawarkan kepolisian dan lebih senang untuk memenjarakan ibu tua yang sehari – harinya sudah sangat kesusahan ekonominya.

Dengan alasan memberikan efek jera, bu Minah akhirnya merasakan dinginnya jeruji besi. Inilah poin kedua kebodohan dari kasus yang sudah bodoh ini, ternyata menurut pengakuan seorang administrator kebun, ada banyak pencuri kakao lainnya yang lebih muda, lebih bertenaga, dan lebih sering melakukan pencurian, dibandingkan bu Minah yang ternyata baru sekali melakukan itu. Di akhir acara, saya dan semua penonton di studio televisi itu tertawa dan tepuk tangan ketika sang presenter berkata seperti ini, “jadi kesimpulannya, jangan mencuri kakao di usia 55 tahun, karena akan lebih mudah tertangkap pengawas kebun”.

Dari kasus diatas pasti kita bermuara pada satu pikiran, mengapa rakyat yang tidak berdaya harus dipenjarakan akibat pencurian bernilai dua ribu rupiah? Bukankah ada banyak koruptor yang telah mencuri miliaran uang Negara, yang keberadaannya jelas – jelas di depan hakim mahkamah konstitusi, namun tidak juga dipenjarakan? Hukum di negeri ini telah diinjak – injak. Telah banyak konspirasi penjahat untuk menghancurkan komisi pemberantasan kejahatan yang ada di republik ini. Tidak boleh dibiarkan.! Kita harus berani memberantas kejahatn besar di negeri ini. Karena hukum, lahir bukan untuk dibodohi.!!

Sabtu, 14 November 2009

Fungsi keluarga dalam masyarakat.

Bebas dan bertanggung jawab : Kunci sukses bermasyarakat

Keluarga merupakan sosialisasi primer yang artinya lingkungan masyarakat pertama yang dikenal seseorang ketika lahir. Sebagai media sosialisasi primer, sudah tentu keluargalah yang paling berpengaruh membentuk karakter dalam diri seseorang. Bagaimana orang itu hidup, bagaimana cara bersosialisasi dengan masyarakat, bagaimana menyelesaikan masalah, dan semua hal lain yang berkaitan langsung dengan kehidupan kita adalah karena faktor keluarga. Banyak orang yang sukses dalam hidupnya adalah karena pendidikkan dalam keluarganya yang selalu mengajarkan cara - cara yang baik dan benar dalam menjalani hidup. Namun banyak pula orang yang hidupnya hancur dan berantakkan juga karena pendidikkan dalam keluarganya yang mengajarkan cara - cara yang tidak sesuai dengan tata cara yang berlaku.

Sebagai contoh, saya punya tetangga yang mana dalam mengajarkan anaknya, sang ayah sangat disiplin dan berlaku keras. Setiap pagi, anak - anaknya diharuskan shalat subuh sebelum berangkat sekolah, yang mana anak dari ayah itu masing - masing duduk di kelas tiga dan lima SD. Dan setelah shalat magrib mereka diharuskan mengaji untuk kemudian diteruskan belajar hingga pukul sembilan. setelah itu lampu seluruh rumah dimatikan dan anak diharuskan tidur untuk kemudian beraktifitas lagi esok hari.

Contoh kedua kebetulan keluarga saya sendiri. Ibu saya mempunyai tiga anak yang semuanya laki - laki, dan kebetulan saya adalah anak pertama. Dalam mendidik anak - anaknya, ibu sangat demokratis. Kami tidak diharuskan belajar, tidak harus shalat dan mengaji pula. Dan yang paling asik kami boleh berkomunikasi dengan ibu menggunakan panggilan 'gue - lo' layaknya saat bermain dengan teman sebaya. Baikkah sistem pendidikkan seperti ini? Mari kita analisis.

Sistem yang pertama terlalu otoriter saya pikir. Dengan tidak adanya kebebasan, anak hanya akan berjalan seturut hati sang ayah. Kebaikan dari sistem ini adalah anak sangat disiplin dan sangat penurut dengan orang tua. Prestasi mereka di sekolah pun bagus, dan mereka sangat pintar mengaji. Namun keburukkan pendidikkan seperti ini, anak tidak akan berkembang dengan kreatifitasnya sendiri. Pergaulan dengan teman pun sangat sedikit dari yang saya perhatikan.

Sekarang tentang keluarga saya. Dengan sistem yang terlalu bebas seperti ini, sudah pasti kemungkinan kami membangkang jadi lebih besar. Namun kami berhak menentukan tindakkkan yang kami jalani, dengan penuh tanggung jawab tentunya, karena ibu selalu mengingatkan itulah yang terpenting. Dan dengan kebebasan ini, bukan berarti kami menjadi anak liar. Kami sangat bertanggung jawab dengan sekolah kami. Saya cukup pandai di kampus, meskipun tidak menular pada kedua adik saya, tetap saja saya pikir sistem seperti ini lebih baik karena kami sangat paham cara bersosialisasi dengan masyarakat.

Dalam kesimpulannya, fungsi keluarga dalam masyarakat menempati posisi teratas dari media sosialisasi lainnya. Jika sistem yang diterapkan cocok dengan kepribadian anak, dapat dipastikan anak itu akan diterima masyarakat dengan baik yang akhirnya membawa kebanggaan untuk keluarganya. Mari berantas sistem mambosankan dalam keluarga. Kita punya potensi besar yang bisa dimaksimalkan hanya bila keluarga mendukung. Tapi ingat, bertanggung jawablah atas kebebasan yang diberikan orang tua pada kita.

Selasa, 10 November 2009

Makna 10 November.

Siapa Layak Disebut Pahlawan?

H
ari ini adalah tanggal 10 November, yang sebaaimana kita tahu adalah hari pahlawan. Setiap tahun pun ada tanggal 10 November, setiap tahun pun ada hari pahlawan. Namun apa yang bisa membuat kita merenungkan hari pahlawan setiap tanggal 10 November di tiap tahunnya? Mungkin bagi sebagian besar masyarakat Indonesia tanggal 10 November adalah biasa sebagaimana keseharian yang biasanya. Namun di beberapa daerah, tanggal ini menjadi begitu bermakna. Di Jawa Timur, Surabaya khususnya, masyarakat di sana akan sangata memaknai tanggal ini, sebagai tempat lahirnya hari pahlawan mereka menyematkan "10 November" sebagai nama stadion terbesardi kota itu, yang terletak di daerah Tambaksari.
Pada tanggal 10 November 1945, pemudaIndonesia, khususnya daerah Surabaya yang dipimpin oleh bung Tomo tak gentar menghadapi serbuan tentara Inggris yang kala itu ingin menguasai Surabaya sepenuhnya. Sebelumnya mereka berhasil menuntaskan perlawanan Belanda di hotel Yamato dengan dirobeknya warna biru pada bendera Belanda. Meskipun akhirnya Inggris mampu mengambil Surabaya, namun perjuanagn pemuda dan penduduk kala itu begitu berkobar sehingga ditetapkanlah hari itu sebagai Hari Pahlawan.
Bangsa yang besar adalah bangsa yang tidak melupakan jasa pahlawannya. Kita tentu tidak asing dengan ungkapanbung Karno ini. Namun apalah arti hari pahlawan saat ini bagi bangsa Indonesia? Ingat pun tidak bahwa hari ini adalah hari pahlawan. Presiden pun hanya melangsungkan upacara tebar bunga di taman makam pahlawan Kalibata. Sebenarnya siapa yang bisa kita sebut pahlawan saat ini?
Sebenarnya kita semua adalah pahlawan bagi bangsa ini. Apapun profesi kita (asalkan itu halal) kita layak disebut pahlawan bagi bangsa ini. Petani dan tukang sayur adalah pahlawan. Sebab tanpa mereka mana mungkin kita bisa makan sayuran segar setiap harinya. Media dan kuli tinta adalh pahlawan. Tanpa mereka kita tidak akan isa mengetahui kabar yang sedang terjadi di luar lingkungan kita. Pelajar dan mahasiswa juga pahlawan yang akan membawa perubahan untuk bangsa ini. Guru dan dosen, pedagang mie ayam, penjual koran, pengusaha, investor, dan segala macam profesi lain adalah pahlawan yang akan membuat bangsa ini lebih baik ke depannya. Jadi marilah kita hargai pahlawan - pahlawan disekitar kita demi membanggakan pahlawan sebelum kita dan untuk kemajuan negeri Indonesia tercinta ini. Dimulai dari hal kecil, dimulai dari dir sendiri, dan dimulai dsari sekarang.!
Terima kasih pahlawan, kamilah penerus perjuangan kalian...