Sabtu, 24 Oktober 2009

Indonesia bersatu jilid II.


Kabinet baru, kabinet ragu?

Kamis, 22 Oktober 2009, hari itu presiden terpilih Susilo Bambang Yudhoyono baru saja melantik secara resmi ke-34 pembantu barunya, para pembantu yang akan bersama - sama menentukan maju - mundurnya republik ini selama lima tahun ke depan, pembantu itu adalah para menteri.

Meskipun tidak banyak yang meeset dari dugaan awal, namun pelantikkan yang hanya berselang dua hari setelah pengukuhan kembali SBY sebagai presiden itu diiringi sejumlah kontroversi, banyak kalangan yang meragukan kemampuan para tangan kanan presiden ini dengan berbagai alasan, ditambah lagi beberapa kejutan yang menyertai kabinet yang dinamakan sejumlah media sebagai 'Kabinet Indonesia bersatu jilid II' ini hanya menyertakan beberapa nama lama dengan posisi tetap dan posisi yang berbeda, sementara kebanyakan sisianya adalah nama baru yang belum banyak pengalaman di bidang politik.
Sri Mulyani misalnya. Bapak presiden tetap mempercayai posisi menteri keuangan di bawah pimpinanya, sementara Hatta Radjasa yang sebelumnya menjabat menteri perhubungan, kali ini dipercaya bapak presiden untuk menempati Menteri Sekretaris Negara menggantikan Yusril Ihza Mahendra. Sedangkan Menteri Pemuda dan Olahraga kesayangan rakyat, Adhyaksa Dault harus rela didepak SBY dari jabatannya untuk kemudian digantikan oleh orang yang sebelumnya menjabat juru bicara presiden, Andi Malaranggeng. Namun kontroversi terbesar adalah pada posisi Menteri Kesehatan. Nila Moeloek yang sebelumnya di gadang akan menempati posisi ini, harus rela menerima kenyataan pahit sesaat sebelum pemilihan diumumkan, banyak pihak yang tidak terima atas penunjukkan menteri kesehatan terpilih saat ini, Endang Rahayu karena dianggap penunjukkan yang kontroversial.

Kekhawatiran bertambah mana kala pemabntu - pemabantu baru ini menjalani hari kerja pertamanya sebagai pemegang amanat negara. Banyak keraguan muncul, bahkan dari mulut mereka sendiri. Menteri komunikasi dan informasi, Tifatul . S misalnya, ia dengan berani mengatakan di depan kamera bahwa ia masih canggung menerima jabatan menteri. Kecanggungan ini juga terlihat ketika mereka dikumpulkan bapak presiden untuk menghadiri rapat kabinet pertama, banyak dari mereka yang 'salah kostum' dalam event itu. Namun demikian, presiden tidak menegur mereka dengan alasan masih memaklumi.

Salah satu yang dapat menepis kekhawatiran rakyat, mungkin adalah program - program yang mereka tetapkan di hari pertama bertugas. Menteri Sosial, Salim Segaf misalnya, ia meninjau korban gempa di Sumatera Barat sebagai program jangka pendek. Lain halnya dengan Menkom Info yang menargetkan telepon masuk ke dua puluh lima ribu desa sebagai program jangka panjangnya. Dan ibu Menkes, Endang Rahayu yang mempunyai prigram memperbaiki sarana dan pra sarana puskesmas. Dan masih banyak program - program Menteri lainnya yang sangat dinantikan rakyat.

Apakah mereka mampu memikul beban yang mereka tanggung? kita yang akan merasakan perubahan itu, lima tahun dari sekarang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar